Jika ada fathah ( َ ) bertemu dengan huruf alif ( ا ), huruf dhomah ( ُ ) bertemu dengan huruf wau (و), dan kasroh ( ِ ) bertemu dengan ya ( ي ), maka hukum bacaannya jadi mad
thobi'i dan dibaca panjang 2 harakat.
Berikut contoh bacaan mad thobi'i:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ dalam QS. Al-Fatihah ayat 3, ma ( مَا ) dalam surat tersebut dibaca panjang
(2 harakat), karena ada fathah (
َ ) bertemu alif ( ا ) sehingga dihukumi mad thobi'i
غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ dalam QS. Al-Fatihah ayat 7, dhuu (المغضُوْب) dalam surat tersebut dibaca panjang
(2 harakat), karena ada dhomah (
ُ ) bertemu wau ( و ) sehingga dihukumi mad thobi'i
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ dalam
QS. Al-Fatihah ayat 7, Al-ladziina ( الذِيْن ) dalam bacaan surat tersebut dibaca
panjang (2 harakat), sebab ada kasrah ( ِ ) bertemu dengan huruf ya (
ي ) sehingga dihukumi mad thobi'i.
Hukum bacaan mad thobi'i di dalam Al-Qur'an
hanya berlaku jika pertemuan huruf-huruf tersebut berada dalam awal atau tengah
kalimah (surah/ayat), sedangkan jika huruf-huruf tersebut (mad thobi'i)
berada di akhir kalimah (sebab di waqaf-kan / diberhentikan seperti
pada akhir surah/ayat) maka hukum bacaannya (tajwidnya) menjadi mad
arid lissukun.
Contoh bacaan mad arid lissukun, seperti:
بسم اللّه الرّحمن الرّ حِيْم
kata rohiim ( الرّحِيْم
) pada ayat tersebut tidak dibaca mad thobi'i yang panjangnya
2 harakat, meski ada kasrah (
ِ ) bertemu dengan huruf ya ( ي ), namun karena pertemuan tersebut berada di akhir ayat maka
hukumnya bukan lagi mad thobi'i melainkan mad arid
lissukun. Untuk lebih lengkapnya mengenai hukum mad yang satu ini akan
dibahas pada artikel berikutnya.
Komentar
Posting Komentar